Sejarah Perkembangan Sel Surya Photovoltaic (PV) Dari Waktu ke Waktu



Bermula dari ilmuwan Jerman bernama  Alexandre Edmond Becquerel yang secara tidak sengaja menemukan bahwa terjadi peningkatan muatan elektron pada larutan kimianya yang terkena paparan sinar matahari. Namun hal itu tidak dilakukan penelitian lebih lanjut. Kemudian baru pada awal abad ke 20, Albert Einstein mengamati photovoltaic effect yang pada akhirnya menjadi awal ditemukannya sel surya photovoltaic (PV). Dengan ini Einstein akhirnya mendapatkan Nobel  Prize Fisika. Sejak saat tiu sejarah perkembangan sel surya PV telah dimulai.

Generasi I

Modul surya generasi I disebut juga silicon wafer-based photovoltaic cells dimana terbuat dari Kristal silicon (Si) baik yang beraturan maupun yang tidak beraturan. Silikon yang merupakan bahan semikonduktor, pada suhu rendah dapat berperan sebagai insulator. Sedangkan pada suhu tinggi Silikon berperan sebagai konduktor. Silikon yang digunakan sebagai panel surya merupakan sebuah diode dimana terdiri dari dua lapisan. Lapisan atas merupakan silicon bertipe n, yang dibuat dari campuran silicon dengan fosfor. Sedangkan lapisan bawah adalah silicon yang dibuat dari campuran antara silicon dengan boron. Efisiensi panel surya generasi I mencapai 24%.

Generasi II

Modul surya generasi II disebut juga dengan thin film photovoltaic cells yaitu sel surya photovoltaic yang  berupa film tipis. Lapisan tipis ini berupa lapisan terpadu yang terdiri dari silisium amorf, polikristalin silisium, CuInGaS, CuInSe2, CdTe, sel fotovoltaik berbasis pewarna (Dye Sensitized Solar Cells/DSSC) dan sel fotovoltaik organic. Efiensi panel surya generasi II masih di bawah generasi I yakni sekitar 10 %.

sejarah-perkembangan-sel-surya-photovoltaic-pv-dari-waktu-ke-waktu

Generasi III

Modul surya generasi III disebut juga advanced thin film photovoltaic cell atau lembaran tipis sel photovoltaic yang telah ditingkatkan kemampuannya. Melalui teknologi yang lebih maju sel film PV dibuat sel tandem multi celah dengan sel surya pembawa panas, sel surya pembentukan multi eksitasi , sel PV pita intermediate, sel surya quantum dot, dan sel thermovotovoltaic. Dikabarkan, sel PV generasi III ini berpotensi memiliki efisiensi sangat tinggi, tetapi masih susah diproduksi. Sehingga masih sebatas penelitian.

Sejauh ini dari seluruh produk panel surya yang beredar di pasaran, 80% adalah panel surya generasi I. Solar Home System (SHS) mayoritas masih menggunakan generasi I. Disamping hemat tempat, dapat bertahan cukup lama. Sedangkan panel surya generasi ke II memang sudah ada dipasaran, tetapi dalam mengolah potensi listrik energi surya memiliki efisiensi yang kecil. Penggunaannya umumnya sebagai piranti catu daya pada kalkulator atau charger tenaga matahari.

Dari kedua generasi yang ada di pasaran ini, jika kita hendak memilih salah satunya, maka dari sisi budgeting keduanya memang berbeda. Jika anda ingin membangun listrik tenaga surya dengan biaya murah, maka disarankan menggunakan PV film. Tetapi untuk listrik tenaga surya yang lebih berkualitas kami tetap menyarankan untuk menggunakan listrik tenaga surya monocrystalin atau polycristalin.